Johannesburg - Tokoh spiritual Afrika Selatan, Desmond Tutu, Melontarkan kecaman keras gai pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi. Tutu mengecam pelakuan tak manusiawi pemenrintah Myanmar kepada minoritas mulslim Rohingya dan mendesak Suu Kyi untuk mengintervensi.
Laporan PBB mencatat 164 ribu telah mengungsi ke Bangladesh selama dua pekan terakhir. Mereka menghindari konflik yang kembali pecah di Rakhine setelah militan Rohingya atau ARSA Menyerang pos polisi dan pangkalan militer Myanmar, yang memicu operasi militer besar-besaran.
Suu Kyi yang pernah menjadi tahanan politik selama 21 tahun di bawah junta militer Myanmar, didesak banyak pihak untuk bersuara lantang membela Rohingya yang tertindas. PBB telah menyatakaan Rohingya sebagai salah satu komunitas tertinggi di dunia.
Kecaman internasional mengalir untuk Suu Kyi dan militer Myanmar, yang dituding mendalangi kejahatan kemanusiaan dan bahkan diduga melakukan pembersihan etnis. Tutu (85) yang membantu memusnahkan aparthied di Afsel dan hingga kini masih menjadi suara moral bagi negara itu, ikut bergabung mengecam Suu Kyi.
"Saudariku tersayang: Jika harga politik bagi kenaikan Anda ke jabatan tertinggi di Myanmar adalah kebungkaman anda, harganya jelas terlalu mahal," ucap Tutu yang seorang Emeritus Uskup Agung Afsel ini dalam surat terbuka untuk Suu Kyi, Jum'at (8/9/2017).
Tutu dan Suu Kyi sama-sama pernah menerima Nobel Perdamaian. Tutu menerimanya tahun 1984 dan Suu Kyi pada tahun 1991 dengan gelar sebagai 'juara demokrasi'.
"Sungguh tidak layak bagi Seorang simbol kebijakan untuk memimpin negara semacam itu; ini hanya menambah rasa sakit kami,"imbuhnya merujuk pada penderitaan Rohingya yang disaksikan dunia.
"Saat kami menyaksikan kengerian yang terungkap, kami mendoakan anda agar bisa kembali berani menjadi kuat... agar Anda bersuara lantang membela keadilan, hak asasi manusia dan persatuan rakyat anda,"tandasnya.

No comments:
Post a Comment